Selasa, 06 Agustus 2013

Makalah Al Ma'ad (Ilmu Kalam)


AL MA’AD

Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Ilmu Tauhid
Dosen Pengampu : Drs. Masdi, M. Ag.
































Disusun oleh :

Abdur Rahman              : 312036
Dzurriyatam Mubarokah         : 312032

 

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN USHULUDDIN
PROGRAM STUDI TAFSIR HADIST
TAHUN AKADEMIK 2012/2013


     I.          Pendahuluan
Islam berbicara bahwa meyakini datangnya kiamat merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Waktu terjadinya kiamat adalah misteri ilahi, yang sengaja dirahasiakan oleh Allah agar manusia senantiasa mawas diri, serta mematuhi hukum-hukum Allah yang ditetapkan bagi mereka. Meskipun demikian, Allah telah memberikan rambu-rambu akan dekatnya hari akhir. Maka dari itu kami mencoba akan membahas tentang al ma’ad  yang mencakup iman kepada hari akhirat.

  II.          Rumusan Masalah
1.      Membahas tentang apa definisi iman kepada hari akhirat ?
2.      Membahas tentang bagaimana pola keyakinan manusia ?
3.      Membahas tentang bagaimana pola iman kepada hari akhirat ?

III.          Pembahasan
A.      Pengertian Iman Kepada Hari Akhirat
Iman kepada Hari Akhirat disebut juga ma’rifatul ma’ad, yaitu mengetahui dan mempercayai akan datangnya hari kebangkitan, hisab, balasan, dan lain sebagainya yang dikenal dengan qismus sam’iyyat.[1] Hari akhirat adalah masalah yang paling berat dari segala macam aqidah dan kepercayaan manusia. Sejak dari zaman purba, manusia telah mempercakapkan dan mendiskusikannya sampai ke zaman modern kita. Para ahli fikir dan filosuf dalam angkatan dan di mana saja mereka berada, selalu menempatkannya persoalan ini sebagai materi inti dalam penyelidikannya. Sebab iman kepada akhirat akan membawa manusia kepada keyakinan adanya suatu hidup lagi di alam lain sesudah hidup duniawi, adanya hidup kembali bagi manusia sesudah matinya. Dan hidup yang kedua itulah yang menjadi tujuan akhir daripada perputaran roda kehidupan dan penciptaan manusia. Demikian essensiilnya masalah ini, maka manakala kita meneliti ayat-ayat Qur’an dan Hadist-hadist Nabi, maka setiap ayat-ayat Qur’an dan Hadist-hadist Nabi, mempersoalkan Iman dan Islam, pastilah tekanannya kepada dua segi yaitu iman kepada Allah dan iman kepada Hari Akhir.[2]
B.       Pola Keyakinan Manusia
Mempelajari keyakinan manusia tentang masalah hidup kembali sesudah mati atau hakekat kehidupan manusia sesudah rohnya berpisah dengan jasmaninya, kita jumpai ada tiga pola keyakinan.
Pertama, kelompok manusia yang pola kepercayaannya menganggap bahwa apabila manusia telah mati, maka sejarah hidupnya telah tammat pula. Hidup sesudah mati tidak ada. Paham ini adalah paham kaum atheis yang dinamai juga kaum “mulhid” atau “dahri”. Keyakinan mereka bersumber kepada idiologi materialisme. Dasar materialisme menyatakan bahwa roh itu tidak ada. Apa yang disebut roh adalah bekas belaka daripada materi. Sebagaimana halnya pikiran adalah bekas produksi dari otak yang sehat. Maka susunan yang teratur daripada seluruh sistem struktur organisme tubuh manusia itulah yang menjadikan adanya hidup. Sebagai contoh, manakala jantung berhenti bekerja dan darah tidak lagi berjalan, maka hilanglah hidup itu. Itulah yang dinamai mati ! Kalau seorang mati, bukanlah dia mati melainkan berubah sifat dan bentuknya. Materi ini menurut mereka kekal dalam perubahan, atau atas “the law of the con’servation of matter”. Sebab itu apa yang disebut hidup, hanya semata-mata dalam lingkungan yang sekarang ini saja. Tidak ada hidup lagi di alam lain. Tidak ada akhirat.
        Kedua, kelompok manusia yang mempunyai pola kepercayaan bahwa apabila manusia telah mati maka ia mengalami kehidupan baru kembali (rencainasi). Reinkarnasi berarti perubahan hidup dan bentuk dari seseorang yang telah mati berdasar atas seluruh akibat akhlakiyah dari tingkah-laku seseorang. Bila tingkah-lakunya jahat maka dia akan lahir dalam bentuk makhluk yang lebih rendah, seperti kucing, babi, anjing, kayu, batu dan sebagainya. Atau orang itu akan lahir kembali sebagai manusia yang hidupnya hina. Dalam hal ini penyair Omar Khayam pernah melukiskannya : “mungkin piala tempatmu minum itu adalah bekas daging dan darah nenek moyangmu. Sebab itu berjalanlah dengan hati-hati di atas bumi, karena mungkin yang engkau injak itu bekas tubuh manusia.” Dan apabila pekerjaan dan tingkah-laku manusia baik, maka ia akan dilahirkan kembali menjadi manusia yang lebih mulia. Inilah paham agama-agama lain khususnya agama bukan samawi. Karena itu mereka tidak mempercayai adanya Hari Pembalasan di akhirat dimana manusia seluruhnya akan menerima secara adil pembalasan Tuhan berupa ni’mat atau siksaan berdasar atas amal usaha mereka dahulu di dunia.
        Ketiga, kelompok manusia yang mempunyai pola kepercayaan tentang adanya Hari Akhirat. Ia adalah alam kedua bagi kehidupan manusia yang sifatnya kekal. Ia adalah tumpuan-tujuan akhir dari seluruh perjalanan sejarah manusia, sesudah manusia meninggalkan dunia fana. Dunia dalam bahasa arab artinya “dekat”, atau dalam arti lain, dunia adalah fana. Jadi menurut paham ini, kehidupan manusia dan dunia itu sendiri adalah seluruhnya fana. Kemudian suatu masa yang telah ditentukan akan dibangkitkan kembali dari mati untuk mempertanggung-jawabkan seluruh amal-perbuatannya dahulu di dunia, di depan suatu pengadilan yang     Maha Bijaksana, yaitu Allah s.w.t. Keyakinan ini adalah kepercayaan umum dari seluruh Nabi-nabi dan agama Samawi (agama langit).[3]
        Memperhatikan pola-pola kepercayaan tersebut yang lalu, kita dapati pola kepercayaan yang pertama, tidak percaya adanya tuhan, tidak percaya terhadap hidup kembali sesudah mati. Karena jasmani manusia bila mati akan hancur bersama tanah, namun hakekatnya sebagai materi tetap ada tapi hanya berubah bentuk. Apa yang disebut roh hidup-langgeng, tidak ada. Ia tidak dapat dibuktikan, dan mereka mengajukan masalah : “Betapa seseorang dapat mempelajari sesuatu (yang bernama jiwa) yang tidak dapat dilihat, tak berwarna dan tak berbau, di samping itu ia pun tak dapat didengar dan diraba.” (How ran one study something that invisible, colourless and odourless, that cannot be heard or touched). Pernahkah seorang bangkit kembali dari kuburnya dan menceritakan kepada kita tentang alam kedua sesudah mati ? Semua tidak dapat dibuktikan dengan “exacte wetenschap”, yaitu secara ilmu pasu dan ilmu alam. Beginilah alasan mereka !
“Tidak percaya” adalah natijah pikiran mereka. Sedang metode berfikir itu sendiri pada dasarnya keliru. Roh dalam salah satu fungsinya ialah berfikir, bagaimana dapat dikenal hakekatnya sedang yang dicari itu ialah yang mencari ? Dasar pikiran yang tidak percaya pada sesuatu yang tak ada dalam kenyataan, sebagai illustrasi tentu sama dengan pernyataan seorang peghuni gunung yang mengengkari adanya mobil yang gerak cepatnya seribu kali lebih cepat daripada kuda yang mereka tunggangi. Itulah sebabnya orang-orang yang berbudaya di kota berkata mereka itu bodoh! Kemudian bagaimana pula menilai sesuatu yang bukan ukurannya? Masalah roh, masalah hidup sesudah mati, hari akhirat, semua adalah segi immateriil, tentu pula sama halnya seorang yang ingin mengetahui panjang suatu jalan dengan takaran liter. Itulah pula sebabnya orang pandai mengatakan kepadanya bodoh ! Mestinya tiap-tiap sesuatu ada cara penelitiannya. Panjang diukur dengan meter, berat diketahui dengan timbangan, liter digunakan untuk menakar dan seterusnya. Alam kubur atau alam barzah, hari berbangkit, hari pengadilan, hari pembalasan yang semua merupakan rangkaian akhirat adalah persoalan ghaib. Ilmu yang mesti menghadapinya ialah ilmu yang sumbernya dari Yang Maha Ghaib, Allah s.w.t.[4]
        Perlu diketahui bahwa ilmu yang dimiliki manusia ada dua jenis, yang bersumber dari dirinya  sendiri dan yang bersumber dari luar dirinya. Jenis pertama didapat melalui penginderaan, pengalaman, penelitian dan renungan-renungan filsafis; nilai ilmu ini adalah nisbi, kebenarannya sepanjang pengalaman dan pemikiran manusia. Jenis ilmu yang kedua yang berasal dari luar manusia, yaitu wahyu yang bersumber dari pencipta manusia, Allah s.w.t.; nilai ilmu ini adalah mutlak, artinya tidak mengandung keraguan, kekeliruan dan kebodohan. Tetapi jenis ilmu ini tidak diakui oleh yang berpaham materialisme. Maka pengetahuan yang benar tentang akhirat ialah yang telah diterangkan oleh wahyu atau Rasul Allah.
        Tentang pola keyakinan yang kedua, menganggap manusia berasal dari pohon-pohon dan hewan-hewan. Sebaiknya hewan-hewan dan pohon-pohon itu adalah berasal dari manusia karena hukuman atas dasar tingkah-lakunya dahulu. Menilai paham ini, maka hilanglah hikmah dan tujuan penciptaan manusia. Begitu pula fungsinya sebagai makhluk tertinggi Tuhan di bumi. Dan masalah yang tak terjawab olehnya ialah manakah yang lebih dahulu, manusiakah atau hewan dan tumbuh-tumbuhan ? apabila dijawab bahwa tumbuh-tumbuhan yang lebih dahulu, maka apa kesalahan tumbuh-tumbuhan itu dahulu sehingga dirubah wujudnya kepada bentuk makhluk lain ? Maka sampailah kita kepada pola keyakinan yang ketiga, yaitu percaya kepada Hari Akhirat, keyakinan inilah yang dapat meletakkan nilai, arti dan tujuan hidup manusia di dunia. Inilah yang menjadi keyakinan islam dan kaum muslimin.
C.      Pola Iman Kepada Hari Akhirat
Pertama, bahwa jagat raya ini dengan seluruh makhluk yang ada di dalamnya akan hancur-lebur. Dalam proses kehancuran itu akan terjadi gempa besar dengan gunung-gunung menjadi laksana debu beterbangan, air laut mendidih dan meluap-luap, bumi retak-retak, binatang-binatang berguguran, langit digulung, sedang manusia pada mabuk pitam. Kemudian musnahlah segala makhluk maujud, baik yang bernyawa maupun yang tidak bernyawa. Hanyalah Allah yang Maha Perkasa saja tetap hidup. Itulah Yaumul Qiyamah (Hari Kiamat Besar).




“Segala sesuatu di jagat-raya ini akan binasa, hanya Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemulian akan kekal”(QS. ar-Rahman: 26-27)
Kedua,bahwa setelah sesuatunya binasa dan mati, tibalah pase kedua, yaitu pembangkitan. Semua manusia dibangkitkan kembali dari kuburnya, dihidupkan lagi dari kematiannya sejak dari manusia pertama sampai kepada manusia yang paling akhir di bumi. Itulah, Yaumul Ba’ats (Hari Pembangkitan). Kemudian manusia dikumpulkan semuanya di padang Mahsyar. Saat itulah bernama Yaumul Hasyr (Hari Berkumpul). Firman Allah s.w.t.:
“Dan ditiupkan sangkakala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya masing-masing (menuju) kepada Tuhannya, mereka tentu akan berkata: Wahai akan celakalah kami ! Siapakah yang bangkitkan kami dari tidur kami ? Inilah apa yang dijanjikan oleh Tuhan Maha Pemurah, dan benarkah Rasul-rasul itu.” “Sungguh Dia (Allah) akan mengumpulkan kiamat, tak ada keraguan padanya.” “Dan Kami kumpulkan mereka, di mana Kami tidak tinggalkan walau seorang pun dari mereka.”
Ketiga, bahwa setelah manusia dibangkitkan kembali dan dikumpulkan semuanya, diperlihatkanlah kepada mereka seluruh amal dan laku-perbuatannya dahulu di dunia. Segala tabir rahasia dibukakan, tidak ada lagi tersembunyi dari kerja-kerja jahat dan baik, sekalipun sebesar atom. Dan manusia dipertontonkan seluruh kerja-kerjanya kepada manusia lain. Film sejarah hidup duniawi mereka dipertontonkan dengan terang-benderang. Inilah Yaumul ‘Ardh (Hari Pertontonan).




“Pada hari itu, manusia akan pergi berpecah-pecah untuk diperlihatkan kepada mereka akan kerja-kerja mereka. Barang siapa yang mengerjakan seberat timbangan atom kebaikan, tentu akan dilihatnya. Dan barangsiapa yang mengerjakan seberat timbangan atom kejahatan niscaya akan dilihatnya pula.”(QS. az-Zalzalah: 7-8)
Keempat, bahwa setelah semua rahasia manusia dibongkar, tibalah saat menghisab, memperhitungkan secara adil amal perbuatan baik dan buruk manusia. Di depan mahkamah keadilan Allah, manusia akan memperoleh keputusan paling adil, tanpa aniaya sedikitpun. Inilah saat Yaumul Hisab (Hari Perhitungan) atau Yaumul Wazn (Hari Pertimbangan).





“Dan Kami letakkan timbangan keadilan pada hari kiamat, sebab itu seorang tidak akan teraniaya sedikitpun. Andai kata ada amalnya hanya sebesar biji sawi, niscaya Kami Perhitungkan juga. Dan cukuplah Kami saja yang menghitung.”(QS. al-Anbiya’: 47)
        Kelima, ialah pase keputusan. Setiap anak Adam dan cucu Hawa setelah melalui proses pengadilan di hadapan kekuasaan Allah yang Maha Adil lagi Bijaksana, mereka lalu menerima jaza’ (balasan) setimpal dengan hasil usaha dan bentuk kerja-kerja mereka selama dalam hidup duniawi dahulu yang fana. Kini adalah kehidupan ukhrawi yang kekal. Tempat segala rahasia ruh terbuka. Saat yang dijanjikan bagi tujuan penciptaan manusia. Masa di mana manusia berbondong-bondong memasuki salah satu dari dua tempat, yaitu ke surga firdaus yang penuh ni’mat atau ke neraka jahannam yang penuh azab Tuhan. Inilah pase terakhir, dinamakan Yaumul Fashl (Hari Keputusan) atau Yaumul Jaza’ (Hari Pembalasan).




“Pada hari ini akan diganjari setiap jiwa atas usahanya dan tidak ada seorang pun yang akan teraniaya.”(QS. al-Mu’min: 17)



“Maka barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia dalam kehidupan yang diridhai. Dan barangsiapa yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya itu ialah jurang yang dalam. Dan apakah engkau tahu dia. Itulah Neraka yang menyala-nyala.”(QS. al-Qari’ah: 6-11)[5]

D.      Tanda-tanda hari Kiamat
Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu, melainkan hari kiamat (yaitu) yang datang kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila hari Kiamat sudah datang? (QS Muhammad: 18)
Dari ayat ini kita ketahui bahwa Al Qur’an telah menjelaskan tanda-tanda yang mengumumkan datangnya Hari Akhir. Agar dapat memahami tanda-tanda ‘pengumuman besar’ ini, kita harus merenungkan ayat ini. Sebaliknya, seperti yang ditunjukkan dalam ayat ini, pemikiran kita tidak akan berguna sama sekali ketika Hari Akhir tiba-tiba datang kepada kita.
1.      Hari Akhir itu dekat
Allah berfirman dalam Al Qur’an bahwa tidak diragukan lagi bahwa Hari Akhir itu sudah dekat.
Dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya … (QS Al Hajj: 7)
Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, melainkan dengan benar. Dan sesungguhnya saat (kiamat) itu pasti akan datang, maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik (QS Al Hijr: 85)
Mungkin ada sebagian orang yang beranggapan bahwa pesan Al Qur’an tentang Hari Akhir difirmankan lebih dari 1400 tahun lalu, dan masa itu sudah lama, jika dibandingkan dengan panjang usia seorang manusia. Padahal, di sini tersirat persoalan akhir dunia ini, matahari dan bintang-bintang, singkatnya, alam semesta. Ketika kita menganggap bahwa alam semesta berusia miliaran tahun, maka empat belas abad adalah suatu jangka waktu yang sangat pendek.
2.      Keunggulan akhlakul Islam di dunia
Allah menyatakan bahwa orang-orang yang menyembah-Nya secara murni, tanpa menyekutukan-Nya dengan makhluk-Nya sebagai tuhan-tuhan lain selain-Nya dan beramal saleh untuk meraih ridha-Nya, akan dianugerahi kekuasaan dan pengaruh.
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan apa pun dengan-Ku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik (QS An Nuur: 55)
Dalam sejumlah ayat, juga dikatakan bahwa adalah sunnatullah, bahwa hamba-hamba Allah yang beriman dan hidup dalam agama yang benar dalam hati mereka akan menjadi pewaris dunia ini.
Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam Lauhul Mahfuzh), bahwasanya bumi ini dipusakai (oleh) hamba-hamba-Ku yang saleh (Surat Al Anbiya’: 105)
Dan Kami pasti akan menempatkan kamu di negeri-negeri itu sesudah mereka. Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) ke hadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku (Surat Ibrahim: 14)
Allah pasti akan menepati janji-janji-Nya. Tingkat akhlak yang tinggi yang akan menaklukkan ajaran yang sesat, paham-paham yang menyimpang, dan pemahaman agama yang salah adalah akhlak Islam. Orang-orang kafir dan musyrik tidak dapat mencegah hal ini terjadi.
3.      Terbelahnya bulan
Surat ke-54 di dalam Al Qur’an disebut ‘Surat Al Qamar.’ Dalam bahasa Inggris, qamar berarti bulan. Dalam beberapa hal, surat ini menjelaskan kehancuran yang menimpa kaum Nuh, ‘Aad, Tsamud, Luth dan Fir’aun, karena mereka menolak peringatan para nabi. Bersamaan dengan itu, ada sebuah pesan yang sangat khusus disampaikan di ayat pertama berkenaan dengan Hari Akhir.
Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. (QS Al Qamar: 1)
Kata ‘terbelah’ yang digunakan di ayat ini berasal dari kata dalam bahasa Arab, syaqqa, yang mempunyai berbagai makna. Dalam sejumlah tafsir atas ayat Al Qur’an ini, makna ‘terbelah’ lebih tepat. Tetapi kata syaqqa dalam bahasa Arab dapat juga berarti ‘membajak’ atau ‘mencangkul’ tanah.
Untuk contoh pertama, kita dapat merujuk ayat ke-26 Surat Abasa:
Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran. (QS ‘Abasa: 25-29)
Jelas terlihat bahwa makna syaqqa di sini bukanlah ‘membelah.’ Kata ini berarti membajak tanah untuk menumbuhkan berbagai tanaman.
Apabila kita kembali ke tahun 1969, kita dapat melihat salah satu keajaiban Al Qur’an. Berbagai eksperimen yang dilakukan di permukaan bulan pada 20 Juli 1969 mungkin mengisyaratkan terbuktinya berita yang disampaikan 1.400 tahun lalu dalam Surat Al Qamar. Pada tanggal itu, para astronot Amerika menjejakkan kakinya di bulan. Setelah menggali tanah di bulan, mereka melakukan berbagai percobaan ilmiah dan mengumpulkan contoh batu-batuan dan tanah. Tentu sangat menarik bahwa berbagai kejadian ini sesuai sepenuhnya dengan pernyataan dalam ayat ini.
4.      Tanda-tanda yang dijelaskan oleh Nabi SAW terjadi satu demi satu
Di berbagai hadits yang sampai kepada kita dari Rasulullah SAW, disampaikan berita mengenai Hari Akhir dan Masa Keemasan Islam. Ketika kita membandingkan tanda-tanda ini dengan berbagai peristiwa yang terjadi di masa kita, kita dapat melihat berbagai petunjuk bahwa kita tengah hidup dalam Hari Akhir. Kita juga dapat melihat petunjuk yang mengabarkan datangnya Masa Keemasan Islam.
Berbagai hadits yang digunakan di bagian lain buku ini nanti akan berisi informasi yang disampaikan oleh Rasulullah SAW berkenaan dengan hal ini.
Di sini, mungkin akan muncul keraguan di benak pembaca dalam hal kebenaran dan kesahihan hadits-hadits mengenai Hari Akhir ini. Ada sebuah cara untuk membedakan hadits yang sahih dengan hadits yang palsu. Seperti kita ketahui, hadits mengenai Hari Kiamat berkaitan dengan berbagai peristiwa yang akan terjadi di masa depan. Karena alasan itu, ketika sebuah hadits memang terbukti dengan berjalannya waktu, semua keraguan tentang sumber pernyataan itu menjadi sirna.
Sejumlah ilmuwan Islam yang melakukan penelitian tentang masalah Hari Akhir dan tanda-tanda Hari Kiamat telah menggunakan syarat ini. Seorang ahli tentang masalah ini, Bediuzzaman Said Nursi, berkata bahwa hadits tentang Hari Akhir yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang telah bisa diamati pada masa kita menunjukkan kebenaran hadits tersebut.
Sebagian tanda-tanda yang diberitakan dengan hadits ini dapat diamati di beberapa tempat di dunia dalam jangka waktu 1400 tahun sejarah Islam. Akan tetapi hal ini belum membuktikan bahwa jangka waktu itu adalah Hari Akhir. Untuk jangka waktu tertentu yang dapat disebut Hari Akhir, seluruh tanda-tanda Hari Akhir harus telah dapat dilihat kejadiannya pada jangka waktu yang sama. Hal ini dinyatakan dalam sebuah hadits:
Tanda-tanda yang terjadi setelah tanda yang lain seperti butiran manik-manik sebuah kalung yang jatuh satu per satu ketika talinya putus. (HR Tirmidzi)
Dalam hadits-hadits ini, permulaan Hari Akhir digambarkan sebagai waktu ketika silang pendapat berkembang, serta perang dan konflik semakin meningkat, ketika ada kekacauan dan kehancuran moral mencuat dan manusia menjauh dari akhlak agama. Pada waktu tersebut, berbagai bencana alam akan terjadi di seluruh dunia, kemiskinan akan mencapai tingkat yang belum terlihat sebelumnya, ada peningkatan besar dalam angka kejahatan, pembunuhan dan kekejaman di berbagai tempat. Tetapi, hal ini hanyalah tahap pertama. Selama tahap kedua, Allah akan menyelamatkan manusia dari kekacauan ini dan menggantikannya dengan keadaan yang penuh berkah dan ridha-Nya dengan berlimpahnya materi, perdamaian, dan keamanan.
5.      Peperangan dan kekacauan
Rasulullah SAW bersabda, “Al Harj (akan meningkat)”’ Mereka bertanya, “Apakah Al Harj itu?” Beliau menjawab, “(Yaitu) pembunuhan (saling membunuh), (yaitu) saling membunuh (pembunuhan).” (HR Bukhari)
Hari Kiamat (As Sa’ah) akan tiba ketika kekerasan, pertumpahan darah, dan kekacauan akan menjadi suatu yang lazim (HR Al-Muttaqi al-Hindi, Muntakhab Kanzul Ummaal)
Dunia ini tidak akan menemui akhirnya, hingga suatu hari akan datang pada manusia, pada hari itu akan ada pembunuhan massal dan pertumpahan darah. (Muslim)
Apabila kita melihat empat belas abad lalu, kita melihat berbagai peperangan di wilayah tertentu sebelum abad kedua puluh. Akan tetapi, peperangan yang mempengaruhi setiap orang di dunia, sistem politik, seluruh perekonomian, dan struktur sosial, hanya terjadi pada masa kini saja, dalam dua perang dunia. Di Perang Dunia I, lebih dari 20 juta jiwa meninggal. Pada Perang Dunia II, jumlah yang mati lebih dari 50 juta jiwa. Di samping itu, Perang Dunia II diakui sebagai perang yang paling berdarah, paling besar, dan paling menghancurkan dalam sejarah.
Berbagai pertentangan yang terjadi setelah Perang Dunia II (Perang Dingin, Perang Korea, Perang Vietnam, konflik Arab-Israel dan Perang Teluk) adalah contoh di antara berbagai peristiwa yang paling gawat di zaman modern ini. Selain itu, berbagai perang, pertentangan, dan perang saudara di tingkat wilayah telah menyebabkan kehancuran di berbagai belahan dunia. Di berbagai tempat seperti Bosnia, Palestina, Chechnya, Afghanistan, Kashmir, dan banyak lagi lainnya, berbagai masalah terus merongrong kemanusiaan.
Contoh lain bentuk ‘kekacauan’ yang menghantui umat manusia yang setara dengan peperangan adalah teror terorganisir tingkat internasional. Seperti yang juga disepakati oleh pihak berwenang dalam masalah ini, berbagai tindakan teror telah berlipat ganda jumlahnya di paruh kedua abad kedua puluh.2 Bahkan dapat dikatakan bahwa teror adalah sebuah ciri khas abad kedua puluh. Berbagai organisasi yang bercirikan rasisme, komunisme, dan berbagai paham serupa, atau dengan tujuan kebangsaan, telah melakukan berbagai tindakan kejam dengan bantuan teknologi yang semakin maju. Di dalam sejarah dunia yang lebih terkini, berbagai tindakan teror berulang-ulang telah menyebabkan kekacauan. Banyak darah telah tertumpah dan orang-orang tak bersalah yang tak terhitung jumlahnya telah telah dibantai atau terbunuh.
6.      Kehancuran kota-kota besar: peperangan dan bencana
Berbagai kota besar akan dihancurkan dan hal ini akan terjadi seolah-olah kota-kota itu tidak pernah ada sebelumnya. (Al-Muttaqi al-Hindi, Al-Burhan fi Alamat al-Mahdi Akhir al-Zaman).
Kehancuran kota-kota yang dimaksudkan dalam hadits ini mengingatkan pada kehancuran yang sekarang muncul karena perang dan berbagai bencana alam. Belum lama ini, senjata nuklir, pesawat tempur, bom, rudal, dan senjata modern yang canggih lainnya telah menyebabkan kehancuran yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. Berbagai senjata mengerikan ini telah menyebabkan tingkat kehancuran yang belum pernah terlihat sebelumnya. Jelas, kota-kota besar yang menjadi sasaran adalah yang paling menderita karena kehancuran ini. Kehancuran karena Perang Dunia II yang belum ada bandingannya adalah salah satu contohnya. Dengan penggunaan bom atom di perang terbesar di dunia itu, Hiroshima dan Nagasaki hancur total. Akibat pemboman hebat, berbagai ibu kota Eropa dan kota-kota penting lainnya menderita berbagai kerusakan.
Pada beberapa tahun terakhir, angin topan, badai, angin puyuh, dan berbagai bencana lainnya menimbulkan akibat merusak atas benua Amerika dan juga beberapa tempat lain di dunia. Selain itu, banjir telah menyebabkan timbunan lumpur yang menutupi berbagai pusat pemukiman penduduk. Kemudian, gempa bumi, letusan gunung, dan gelombang pasang air laut juga telah menyebabkan kehancuran yang besar. Oleh karena itu, seluruh kehancuran yang terjadi pada kota-kota besar karean bencana-bencana ini adalah suatu tanda penting dalam setiap peristiwanya.
7.      Gempa Bumi
As Sa’ah (Hari Akhir) tidak akan terjadi hingga … gempa bumi akan sangat sering terjadi (HR Bukhari)
Ada dua hadits besar sebelum hari hisab … dan kemudian tahun-tahun penuh gempa bumi (Diriwayatkan oleh Ummu Salamah RA.)
Dalam beberapa tahun terakhir, gempa bumi besar telah terjadi berulang-ulang, dan termasuk bencana yang menakutkan bagi masyarakat di seluruh dunia. Apabila kita melihat data yang dikumpulkan oleh American National Earthquake Information Center (Pusat Informasi Gempa Bumi Nasional Amerka, ANEI) selama tahun 1999, kita menemukan 20.832 gempa bumi telah terjadi di berbagai tempat di dunia. Akibatnya, 22.711 orang diperkirakan kehilangan jiwanya.
8.      Kemiskinan
Orang-orang miskin akan meningkat jumlahnya. (Amal Al-Din Al-Qazwini, Mufid Al-’ulum Wa-mubid Al-humum)
Kekayaan beredar hanya di antara orang-orang kaya, tanpa manfaat bagi orang-orang miskin. (HR Tirmidzi)
Yang jelas masa yang dimaksudkan oleh Rasulullah SAW menjelaskan keadaan pada saat ini. Apabila kita menengok abad-abad sebelumnya, kita melihat bahwa berbagai kesulitan dan kecemasan yang disebabkan oleh kekeringan, peperangan, dan berbagai bencana lain bersifat sementara dan terbatas di sebuah wilayah tertentu. Akan tetapi, saat ini, kemiskinan dan kesulitan mencari penghidupan bersifat permanen den mewabah.
Di dunia saat ini, kemiskinan telah mencapai angka yang sangat memprihatikankan. Laporan terakhir UNICEF mengungkapkan bahwa satu dari empat penduduk dunia hidup dalam ‘penderitaan dan kekurangan yang tidak terbayangkan sebelumnya’. Sekitar 1,3 miliar manusia di dunia bertahan hidup dengan uang kurang dari $1 (sekitar Rp8.800) sehari. Tiga miliar manusia di dunia saat ini bertahan hidup dengan $2 (sekitar Rp17.600) sehari. Sekitar 1,3 miliar kekurangan air bersih. Sekitar 2,6 miliar tidak mampu mendapatkan sarana kesehatan yang memadai.
9.      Runtuhnya nilai-nilai akhlak
Hari Kiamat (As Sa’ah) akan datang ketika perzinaan tersebar luas (Al-Haythami, Kitab al-Fitan)
Hari Akhir tidak akan datang hingga mereka (orang-orang jahat) melakukan perzinaan di jalan-jalan (jalan-jalan umum). (Ibn Hibban and Bazzar)
Pria akan meniru perilaku wanita; dan wanita akan meniru perilaku pria. (Allama Jalaluddin Suyuti, Durre-Mansoor)
Orang-orang akan menyenangi perbuatan homoseksual dan lesbianisme. (Al-Muttaqi al-Hindi, Muntakhab Kanzul Ummaal)
Hubungan seksual tidak sah secara terbuka akan marak. (HR Bukhari)
Hari Akhir itu tidak akan datang hingga angka pembunuhan meningkat. (HR Bukhari)
Di masa kini, ada bahaya besar yang mengancam pola hidup masyarakat dunia. Dengan cara yang sama seperti virus membunuh tubuh manusia, bahaya ini mengakibatkan keruntuhan sosial yang sangat parah. Bahaya ini adalah keruntuhan nilai-nilai akhlak yang membantu mempertahankan masyarakat yang sehat. Homoseksualitas, pelacuran, hubungan seks pra-nikah dan di luar nikah, penyimpangan seksual, pornografi, pelecehan seksual, dan peningkatan angka penderita penyakit kelamin, adalah sejumlah petunjuk penting dari keruntuhan nilai-nilai akhlak.
10.  Hadits tentang penolakan agama yang benar dan nilai-nilai moral dalam Al Qur’an
Menjelang datangnya Hari Akhir akan ada hari-hari ketika pengetahuan (agama) akan dicabut (lenyap) dan kejahiliyahan secara umum akan meluas…. (HR Bukhari)
Akan ada suatu ujian kegelapan yang menakutkan yang akan menimpa setiap orang di suatu masyarakat, dan kemudian ketika orang menganggap ujian itu telah berakhir, ujian itu akan terjadi terus-menerus. Selama itu seorang manusia bisa jadi adalah seorang mukmin di pagi hari dan menjadi seorang kafir di sore hari. (HR Abu Daud)
Akan datang suatu waktu pada umat ketika orang akan membaca Al Qur’an, tetapi tidak akan lebih jauh dari tenggorokan (tidak masuk ke dalam hati mereka) (HR Bukhari)
Sebelum Hari Akhir akan ada kekisruhan seperti potongan malam yang gelap, ketika seorang manusia akan menjadi seorang beriman di pagi hari dan seorang kafir di sore hari, atau seorang beriman di sore hari dan kafir di pagi hari (HR Abu Daud)
Suatu waktu akan datang, ketika seorang manusia tidak akan peduli bagaimana mereka mendapatkan sesuatu, halal atau haram. (HR Bukhari)
Akan muncul pada hari akhir seseorang yang akan memperoleh keuntungan dunia dengan menjual agama. (HR Tirmidzi)
Hari Akhir tidak akan datang hingga tersisa orang-orang yang tidak mengetahui kebajikan dan tidak pernah mencegah kejahatan (HR Ahmad)
Hari Akhir tidak akan datang sebelum Allah mengambil agama-Nya dari manusia di bumi, tidak meninggalkan seorang pun di atas bumi ini selain orang-orang kafir yang tidak mengenal perbuatan yang benar atau menolak perbuatan yang salah. (Diriwayatkan oleh Abdullah ibn ‘Amr bin ‘Ash)
11.  Munculnya nabi-nabi palsu
Hari akhir tidak akan datang sebelum datangnya tiga puluh Dajjal, masing-masing mengaku dirinya sebagai seorang utusan Allah. (HR Abu Daud)
Para ahli telah mencatat meningkatnya jumlah orang yang mengaku dirinya juru selamat, yang mulai muncul pada tahun 1970-an, dan sejak itu peningkatan jumlahnya cukup berarti. Menurut para ahli ini, ada dua alasan dasar peningkatan ini. Yang pertama adalah jatuhnya komunisme, dan sebab lainnya adalah kesempatan yang dimungkinkan oleh teknologi internet.
12.  Al Qur’an menjelaskan turunnya Isa AS ke bumi
Allah tidak menghendaki orang-orang kafir membunuh ‘Isa AS, melainkan mengangkatnya ke sisi-Nya, dan mengumumkan kabar gembira kepada umat manusia bahwa nabi Isa akan turun ke bumi di Hari Akhir. Al Qur’an memberikan informasi mengenai turunnya ‘Isa AS dalam sejumlah ayat:
13.  Salah satu ayat menyatakan bahwa orang-orang kafir yang merencanakan pembunuhan Isa AS tidak berhasil;
… dan karena ucapan mereka, “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, ‘Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan ‘Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) ‘Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah ‘Isa. (QS An Nisaa’: 157)
14.  Ayat lain mengatakan bahwa ‘Isa AS tidak meninggal, melainkan diangkat dari lingkungan manusia ke kehadirat Allah.
… tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat ‘Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana (QS An Nisaa’: 158)
Pada ayat ke-55 Surat Ali ‘Imran, kita telah mengetahui bahwa Allah akan menempatkan orang-orang yang mengikuti ‘Isa AS di atas orang-orang yang kafir hingga Hari Kebangkitan. Ini sebuah fakta sejarah bahwa 2000 tahun lalu, murid-murid ‘Isa tidak mempunyai kekuasaan politik. Orang-orang Kristen yang hidup antara zaman tersebut dan masa sekarang telah meyakini sejumlah ajaran palsu, terutama doktrin Trinitas (mengakui tiga Tuhan dalam satu Tuhan). Oleh karena itu, terbukti bahwa mereka tidak bisa disebut sebagai pengikut Nabi ‘Isa as, karena, seperti dikatakan di berbagai ayat di dalam Al Qur’an, mereka yang meyakini Trinitas telah tergelincir ke dalam kesesatan. Dalam hal ini, pada waktu sebelum Hari Akhir, para pengikut ‘Isa AS akan mengalahkan orang-orang yang ingkar itu dan memenuhi janji ilahiyah yang termuat di dalam Surat Ali ‘Imran. Yang pasti, kelompok yang diberkati ini akan diketahui ketika ‘Isa AS ketika turun kembali ke bumi.
 IV.       Penutup
Demikianlah makalah dari kami, mohon ma’af apabila ada salah, khususnya dalam masalah pengetikan, karena kami hanya manusia biasa yang tak luput dari salah. Dan untuk itu kami mohon atas partisipasinya untuk ikut memberi kritik yang membangun atas makalah kami. Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan banyak terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
  • Fathul Mufid, M. SI, Ilmu Tauhid/Kalam. STAIN Kudus 2009.
  • http://adiwarsito.wordpress.com/2009/11/24/tanda-tanda-kiamat-menurut-al-quran/




[1] Taib Thahir, Abdul Mu’in, 1986, Ilmu Kalam, Jakarta, Widjaya, hlm. 188
[2] Nasruddin, Razak, 1981, Dienul Islam, Bandung, PT. Al-Ma’arif, hlm. 158
[3] Ibid, hlm. 159
[4] Ibid, hlm. 160
[5] Ibid, hlmn. 160-163

Dibuat : 12/10/2012 6:28

Tidak ada komentar:

Posting Komentar