AL MA’AD
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Ilmu Tauhid
Dosen Pengampu : Drs. Masdi,
M. Ag.
Disusun oleh :
Abdur Rahman :
312036
Dzurriyatam Mubarokah : 312032

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
KUDUS
JURUSAN USHULUDDIN
PROGRAM STUDI TAFSIR HADIST
TAHUN AKADEMIK 2012/2013
I.
Pendahuluan
Islam berbicara bahwa
meyakini datangnya kiamat merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Waktu
terjadinya kiamat adalah misteri ilahi, yang sengaja dirahasiakan oleh Allah
agar manusia senantiasa mawas diri, serta mematuhi hukum-hukum Allah yang
ditetapkan bagi mereka. Meskipun demikian, Allah telah memberikan rambu-rambu
akan dekatnya hari akhir. Maka dari itu kami mencoba akan membahas tentang al
ma’ad yang mencakup iman kepada hari
akhirat.
II.
Rumusan
Masalah
1.
Membahas tentang apa definisi iman kepada
hari akhirat ?
2.
Membahas tentang bagaimana pola keyakinan
manusia ?
3.
Membahas tentang bagaimana pola iman kepada
hari akhirat ?
III.
Pembahasan
A.
Pengertian
Iman Kepada Hari Akhirat
Iman kepada Hari
Akhirat disebut juga ma’rifatul ma’ad,
yaitu mengetahui dan mempercayai akan datangnya hari kebangkitan, hisab,
balasan, dan lain sebagainya yang dikenal dengan qismus sam’iyyat.[1] Hari akhirat adalah masalah
yang paling berat dari segala macam aqidah dan kepercayaan manusia. Sejak dari
zaman purba, manusia telah mempercakapkan dan mendiskusikannya sampai ke zaman
modern kita. Para ahli fikir dan filosuf dalam angkatan dan di mana saja mereka
berada, selalu menempatkannya persoalan ini sebagai materi inti dalam
penyelidikannya. Sebab iman kepada akhirat akan membawa manusia kepada
keyakinan adanya suatu hidup lagi di alam lain sesudah hidup duniawi, adanya
hidup kembali bagi manusia sesudah matinya. Dan hidup yang kedua itulah yang
menjadi tujuan akhir daripada perputaran roda kehidupan dan penciptaan manusia.
Demikian essensiilnya masalah ini, maka manakala kita meneliti ayat-ayat Qur’an
dan Hadist-hadist Nabi, maka setiap ayat-ayat Qur’an dan Hadist-hadist Nabi,
mempersoalkan Iman dan Islam, pastilah tekanannya kepada dua segi yaitu iman
kepada Allah dan iman kepada Hari Akhir.[2]
B.
Pola
Keyakinan Manusia
Mempelajari
keyakinan manusia tentang masalah hidup kembali sesudah mati atau hakekat
kehidupan manusia sesudah rohnya berpisah dengan jasmaninya, kita jumpai ada
tiga pola keyakinan.
Pertama, kelompok manusia yang pola kepercayaannya
menganggap bahwa apabila manusia telah mati, maka sejarah hidupnya telah tammat
pula. Hidup sesudah mati tidak ada. Paham ini adalah paham kaum atheis yang
dinamai juga kaum “mulhid” atau “dahri”. Keyakinan mereka bersumber kepada
idiologi materialisme. Dasar materialisme menyatakan bahwa roh itu tidak ada.
Apa yang disebut roh adalah bekas belaka daripada materi. Sebagaimana halnya
pikiran adalah bekas produksi dari otak yang sehat. Maka susunan yang teratur
daripada seluruh sistem struktur organisme tubuh manusia itulah yang menjadikan
adanya hidup. Sebagai contoh, manakala jantung berhenti bekerja dan darah tidak
lagi berjalan, maka hilanglah hidup itu. Itulah yang dinamai mati ! Kalau
seorang mati, bukanlah dia mati melainkan berubah sifat dan bentuknya. Materi
ini menurut mereka kekal dalam perubahan, atau atas “the law of the
con’servation of matter”. Sebab itu apa yang disebut hidup, hanya semata-mata
dalam lingkungan yang sekarang ini saja. Tidak ada hidup lagi di alam lain.
Tidak ada akhirat.
Kedua, kelompok manusia yang mempunyai
pola kepercayaan bahwa apabila manusia telah mati maka ia mengalami kehidupan
baru kembali (rencainasi). Reinkarnasi berarti perubahan hidup dan bentuk dari
seseorang yang telah mati berdasar atas seluruh akibat akhlakiyah dari
tingkah-laku seseorang. Bila tingkah-lakunya jahat maka dia akan lahir dalam
bentuk makhluk yang lebih rendah, seperti kucing, babi, anjing, kayu, batu dan
sebagainya. Atau orang itu akan lahir kembali sebagai manusia yang hidupnya
hina. Dalam hal ini penyair Omar Khayam pernah melukiskannya : “mungkin piala
tempatmu minum itu adalah bekas daging dan darah nenek moyangmu. Sebab itu
berjalanlah dengan hati-hati di atas bumi, karena mungkin yang engkau injak itu
bekas tubuh manusia.” Dan apabila pekerjaan dan tingkah-laku manusia baik, maka
ia akan dilahirkan kembali menjadi manusia yang lebih mulia. Inilah paham
agama-agama lain khususnya agama bukan samawi. Karena itu mereka tidak
mempercayai adanya Hari Pembalasan di akhirat dimana manusia seluruhnya akan
menerima secara adil pembalasan Tuhan berupa ni’mat atau siksaan berdasar atas
amal usaha mereka dahulu di dunia.
Ketiga, kelompok manusia yang mempunyai
pola kepercayaan tentang adanya Hari Akhirat. Ia adalah alam kedua bagi
kehidupan manusia yang
sifatnya kekal. Ia adalah tumpuan-tujuan akhir dari seluruh perjalanan sejarah
manusia, sesudah manusia meninggalkan dunia fana. Dunia dalam bahasa arab
artinya “dekat”, atau dalam arti lain, dunia adalah fana. Jadi menurut paham
ini, kehidupan manusia dan dunia itu sendiri adalah seluruhnya fana. Kemudian
suatu masa yang telah ditentukan akan dibangkitkan kembali dari mati untuk
mempertanggung-jawabkan seluruh amal-perbuatannya dahulu di dunia, di depan
suatu pengadilan yang Maha Bijaksana,
yaitu Allah s.w.t. Keyakinan ini adalah kepercayaan umum dari seluruh Nabi-nabi
dan agama Samawi (agama langit).[3]
Memperhatikan pola-pola kepercayaan tersebut
yang lalu, kita dapati pola kepercayaan yang pertama, tidak percaya adanya
tuhan, tidak percaya terhadap hidup kembali sesudah mati. Karena jasmani
manusia bila mati akan hancur bersama tanah, namun hakekatnya sebagai materi
tetap ada tapi hanya berubah bentuk. Apa yang disebut roh hidup-langgeng, tidak
ada. Ia tidak dapat dibuktikan, dan mereka mengajukan masalah : “Betapa
seseorang dapat mempelajari sesuatu (yang bernama jiwa) yang tidak dapat
dilihat, tak berwarna dan tak berbau, di samping itu ia pun tak dapat didengar
dan diraba.” (How ran one study something
that invisible, colourless and odourless, that cannot be heard or touched).
Pernahkah seorang bangkit kembali dari kuburnya dan menceritakan kepada kita
tentang alam kedua sesudah mati ? Semua tidak dapat dibuktikan dengan “exacte
wetenschap”, yaitu secara ilmu pasu dan ilmu alam. Beginilah alasan mereka !
“Tidak percaya”
adalah natijah pikiran mereka. Sedang metode berfikir itu sendiri pada dasarnya
keliru. Roh dalam salah satu fungsinya ialah berfikir, bagaimana dapat dikenal
hakekatnya sedang yang dicari itu ialah yang mencari ? Dasar pikiran yang tidak
percaya pada sesuatu yang tak ada dalam kenyataan, sebagai illustrasi tentu
sama dengan pernyataan seorang peghuni gunung yang mengengkari adanya mobil
yang gerak cepatnya seribu kali lebih cepat daripada kuda yang mereka
tunggangi. Itulah sebabnya orang-orang yang berbudaya di kota berkata mereka
itu bodoh! Kemudian bagaimana pula menilai sesuatu yang bukan ukurannya?
Masalah roh, masalah hidup sesudah mati, hari akhirat, semua adalah segi
immateriil, tentu pula sama halnya seorang yang ingin mengetahui panjang suatu jalan
dengan takaran liter. Itulah pula sebabnya orang pandai mengatakan kepadanya
bodoh ! Mestinya tiap-tiap sesuatu ada cara penelitiannya. Panjang diukur
dengan meter, berat diketahui dengan timbangan, liter digunakan untuk menakar
dan seterusnya. Alam kubur atau alam barzah, hari berbangkit, hari pengadilan,
hari pembalasan yang semua merupakan rangkaian akhirat adalah persoalan ghaib.
Ilmu yang mesti menghadapinya ialah ilmu yang sumbernya dari Yang Maha Ghaib,
Allah s.w.t.[4]
Perlu
diketahui bahwa ilmu yang dimiliki manusia ada dua jenis, yang bersumber dari
dirinya sendiri dan yang bersumber dari
luar dirinya. Jenis pertama didapat melalui penginderaan, pengalaman,
penelitian dan renungan-renungan filsafis; nilai ilmu ini adalah nisbi,
kebenarannya sepanjang pengalaman dan pemikiran manusia. Jenis ilmu yang kedua
yang berasal dari luar manusia, yaitu wahyu yang bersumber dari pencipta
manusia, Allah s.w.t.; nilai ilmu ini adalah mutlak, artinya tidak mengandung
keraguan, kekeliruan dan kebodohan. Tetapi jenis ilmu ini tidak diakui oleh
yang berpaham materialisme. Maka pengetahuan yang benar tentang akhirat ialah
yang telah diterangkan oleh wahyu atau Rasul Allah.
Tentang
pola keyakinan yang kedua, menganggap manusia berasal dari pohon-pohon dan
hewan-hewan. Sebaiknya hewan-hewan dan pohon-pohon itu adalah berasal dari
manusia karena hukuman atas dasar tingkah-lakunya dahulu. Menilai paham ini,
maka hilanglah hikmah dan tujuan penciptaan manusia. Begitu pula fungsinya
sebagai makhluk tertinggi Tuhan di bumi. Dan masalah yang tak terjawab olehnya
ialah manakah yang lebih dahulu, manusiakah atau hewan dan tumbuh-tumbuhan ?
apabila dijawab bahwa tumbuh-tumbuhan yang lebih dahulu, maka apa kesalahan
tumbuh-tumbuhan itu dahulu sehingga dirubah wujudnya kepada bentuk makhluk lain
? Maka sampailah kita kepada pola keyakinan yang ketiga, yaitu percaya kepada
Hari Akhirat, keyakinan inilah yang dapat meletakkan nilai, arti dan tujuan
hidup manusia di dunia. Inilah yang menjadi keyakinan islam dan kaum muslimin.
C.
Pola
Iman Kepada Hari Akhirat

“Segala sesuatu di jagat-raya ini akan binasa, hanya Tuhanmu yang
memiliki kebesaran dan kemulian akan kekal”(QS. ar-Rahman: 26-27)
Kedua,bahwa setelah sesuatunya binasa dan mati,
tibalah pase kedua, yaitu pembangkitan. Semua manusia dibangkitkan kembali dari
kuburnya, dihidupkan lagi dari kematiannya sejak dari manusia pertama sampai
kepada manusia yang paling akhir di bumi. Itulah, Yaumul Ba’ats (Hari
Pembangkitan). Kemudian manusia dikumpulkan semuanya di padang Mahsyar. Saat
itulah bernama Yaumul Hasyr (Hari Berkumpul). Firman Allah s.w.t.:
“Dan ditiupkan
sangkakala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya masing-masing
(menuju) kepada Tuhannya, mereka tentu akan berkata: Wahai akan celakalah kami
! Siapakah yang bangkitkan kami dari tidur kami ? Inilah apa yang dijanjikan
oleh Tuhan Maha Pemurah, dan benarkah Rasul-rasul itu.” “Sungguh Dia (Allah)
akan mengumpulkan kiamat, tak ada keraguan padanya.” “Dan Kami kumpulkan
mereka, di mana Kami tidak tinggalkan walau seorang pun dari mereka.”
Ketiga, bahwa setelah manusia dibangkitkan kembali
dan dikumpulkan semuanya, diperlihatkanlah kepada mereka seluruh amal dan laku-perbuatannya
dahulu di dunia. Segala tabir rahasia dibukakan, tidak ada lagi tersembunyi
dari kerja-kerja jahat dan baik, sekalipun sebesar atom. Dan manusia
dipertontonkan seluruh kerja-kerjanya kepada manusia lain. Film sejarah hidup
duniawi mereka dipertontonkan dengan terang-benderang. Inilah Yaumul ‘Ardh
(Hari Pertontonan).

“Pada hari itu, manusia akan pergi
berpecah-pecah untuk diperlihatkan kepada mereka akan kerja-kerja mereka.
Barang siapa yang mengerjakan seberat timbangan atom kebaikan, tentu akan
dilihatnya. Dan barangsiapa yang mengerjakan seberat timbangan atom kejahatan
niscaya akan dilihatnya pula.”(QS. az-Zalzalah: 7-8)
Keempat, bahwa setelah semua rahasia manusia
dibongkar, tibalah saat menghisab, memperhitungkan secara adil amal perbuatan
baik dan buruk manusia. Di depan mahkamah keadilan Allah, manusia akan
memperoleh keputusan paling adil, tanpa aniaya sedikitpun. Inilah saat Yaumul
Hisab (Hari Perhitungan) atau Yaumul Wazn (Hari Pertimbangan).

“Dan Kami letakkan timbangan keadilan pada hari kiamat, sebab itu seorang
tidak akan teraniaya sedikitpun. Andai kata ada amalnya hanya sebesar biji
sawi, niscaya Kami Perhitungkan juga. Dan cukuplah Kami saja yang menghitung.”(QS. al-Anbiya’: 47)
Kelima, ialah pase keputusan. Setiap anak
Adam dan cucu Hawa setelah melalui proses pengadilan di hadapan kekuasaan Allah
yang Maha Adil lagi Bijaksana, mereka lalu menerima jaza’ (balasan) setimpal
dengan hasil usaha dan bentuk kerja-kerja mereka selama dalam hidup duniawi
dahulu yang fana. Kini adalah kehidupan ukhrawi yang kekal. Tempat segala
rahasia ruh terbuka. Saat yang dijanjikan bagi tujuan penciptaan manusia. Masa
di mana manusia berbondong-bondong memasuki salah satu dari dua tempat, yaitu
ke surga firdaus yang penuh ni’mat atau ke neraka jahannam yang penuh azab
Tuhan. Inilah pase terakhir, dinamakan Yaumul Fashl (Hari Keputusan) atau
Yaumul Jaza’ (Hari Pembalasan).

“Pada hari ini akan diganjari setiap jiwa atas
usahanya dan tidak ada seorang pun yang akan teraniaya.”(QS. al-Mu’min:
17)






“Maka barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia dalam
kehidupan yang diridhai. Dan barangsiapa yang ringan timbangan (kebaikan)nya,
maka tempat kembalinya itu ialah jurang yang dalam. Dan apakah engkau tahu dia.
Itulah Neraka yang menyala-nyala.”(QS. al-Qari’ah: 6-11)[5]
D.
Tanda-tanda hari
Kiamat
Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu, melainkan hari
kiamat (yaitu) yang datang kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya
telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka
itu apabila hari Kiamat sudah datang? (QS
Muhammad: 18)
Dari ayat ini kita ketahui bahwa Al Qur’an telah
menjelaskan tanda-tanda yang mengumumkan datangnya Hari Akhir. Agar dapat
memahami tanda-tanda ‘pengumuman besar’ ini, kita harus merenungkan ayat ini.
Sebaliknya, seperti yang ditunjukkan dalam ayat ini, pemikiran kita tidak akan
berguna sama sekali ketika Hari Akhir tiba-tiba datang kepada kita.
1.
Hari Akhir itu dekat
Allah berfirman
dalam Al Qur’an bahwa tidak diragukan lagi bahwa Hari Akhir itu sudah dekat.
Dan sesungguhnya hari
kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya … (QS Al Hajj:
7)
Dan tidaklah Kami
ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, melainkan dengan
benar. Dan sesungguhnya saat (kiamat) itu pasti akan datang, maka maafkanlah
(mereka) dengan cara yang baik (QS Al Hijr: 85)
Mungkin ada
sebagian orang yang beranggapan bahwa pesan Al Qur’an tentang Hari Akhir
difirmankan lebih dari 1400 tahun lalu, dan masa itu sudah lama, jika
dibandingkan dengan panjang usia seorang manusia. Padahal, di sini tersirat
persoalan akhir dunia ini, matahari dan bintang-bintang, singkatnya, alam
semesta. Ketika kita menganggap bahwa alam semesta berusia miliaran tahun, maka
empat belas abad adalah suatu jangka waktu yang sangat pendek.
2.
Keunggulan akhlakul Islam
di dunia
Allah menyatakan
bahwa orang-orang yang menyembah-Nya secara murni, tanpa menyekutukan-Nya
dengan makhluk-Nya sebagai tuhan-tuhan lain selain-Nya dan beramal saleh untuk
meraih ridha-Nya, akan dianugerahi kekuasaan dan pengaruh.
Dan Allah telah
berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan
amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa
di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka
berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka,
sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku
dengan tidak mempersekutukan apa pun dengan-Ku. Dan barangsiapa yang (tetap)
kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik (QS
An Nuur: 55)
Dalam sejumlah
ayat, juga dikatakan bahwa adalah sunnatullah, bahwa hamba-hamba Allah yang
beriman dan hidup dalam agama yang benar dalam hati mereka akan menjadi pewaris
dunia ini.
Dan sungguh telah
Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam Lauhul Mahfuzh), bahwasanya
bumi ini dipusakai (oleh) hamba-hamba-Ku yang saleh (Surat Al
Anbiya’: 105)
Dan Kami pasti akan
menempatkan kamu di negeri-negeri itu sesudah mereka. Yang demikian itu (adalah
untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) ke hadirat-Ku dan yang takut
kepada ancaman-Ku (Surat Ibrahim: 14)
Allah pasti akan
menepati janji-janji-Nya. Tingkat akhlak yang tinggi yang akan menaklukkan
ajaran yang sesat, paham-paham yang menyimpang, dan pemahaman agama yang salah
adalah akhlak Islam. Orang-orang kafir dan musyrik tidak dapat mencegah hal ini
terjadi.
3.
Terbelahnya bulan
Surat ke-54 di
dalam Al Qur’an disebut ‘Surat Al Qamar.’ Dalam bahasa Inggris, qamar berarti
bulan. Dalam beberapa hal, surat ini menjelaskan kehancuran yang menimpa kaum
Nuh, ‘Aad, Tsamud, Luth dan Fir’aun, karena mereka menolak peringatan para
nabi. Bersamaan dengan itu, ada sebuah pesan yang sangat khusus disampaikan di
ayat pertama berkenaan dengan Hari Akhir.
Telah dekat
(datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. (QS Al Qamar: 1)
Kata ‘terbelah’
yang digunakan di ayat ini berasal dari kata dalam bahasa Arab, syaqqa, yang
mempunyai berbagai makna. Dalam sejumlah tafsir atas ayat Al Qur’an ini, makna
‘terbelah’ lebih tepat. Tetapi kata syaqqa dalam bahasa Arab dapat juga berarti
‘membajak’ atau ‘mencangkul’ tanah.
Untuk contoh
pertama, kita dapat merujuk ayat ke-26 Surat Abasa:
Sesungguhnya Kami
benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi
dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan
sayur-sayuran. (QS ‘Abasa: 25-29)
Jelas terlihat
bahwa makna syaqqa di sini bukanlah ‘membelah.’ Kata ini berarti membajak tanah
untuk menumbuhkan berbagai tanaman.
Apabila kita
kembali ke tahun 1969, kita dapat melihat salah satu keajaiban Al Qur’an.
Berbagai eksperimen yang dilakukan di permukaan bulan pada 20 Juli 1969 mungkin
mengisyaratkan terbuktinya berita yang disampaikan 1.400 tahun lalu dalam Surat
Al Qamar. Pada tanggal itu, para astronot Amerika menjejakkan kakinya di bulan.
Setelah menggali tanah di bulan, mereka melakukan berbagai percobaan ilmiah dan
mengumpulkan contoh batu-batuan dan tanah. Tentu sangat menarik bahwa berbagai
kejadian ini sesuai sepenuhnya dengan pernyataan dalam ayat ini.
4.
Tanda-tanda yang
dijelaskan oleh Nabi SAW terjadi satu demi satu
Di berbagai
hadits yang sampai kepada kita dari Rasulullah SAW, disampaikan berita mengenai
Hari Akhir dan Masa Keemasan Islam. Ketika kita membandingkan tanda-tanda ini
dengan berbagai peristiwa yang terjadi di masa kita, kita dapat melihat
berbagai petunjuk bahwa kita tengah hidup dalam Hari Akhir. Kita juga dapat
melihat petunjuk yang mengabarkan datangnya Masa Keemasan Islam.
Berbagai hadits
yang digunakan di bagian lain buku ini nanti akan berisi informasi yang
disampaikan oleh Rasulullah SAW berkenaan dengan hal ini.
Di sini, mungkin
akan muncul keraguan di benak pembaca dalam hal kebenaran dan kesahihan
hadits-hadits mengenai Hari Akhir ini. Ada sebuah cara untuk membedakan hadits
yang sahih dengan hadits yang palsu. Seperti kita ketahui, hadits mengenai Hari
Kiamat berkaitan dengan berbagai peristiwa yang akan terjadi di masa depan.
Karena alasan itu, ketika sebuah hadits memang terbukti dengan berjalannya
waktu, semua keraguan tentang sumber pernyataan itu menjadi sirna.
Sejumlah ilmuwan
Islam yang melakukan penelitian tentang masalah Hari Akhir dan tanda-tanda Hari
Kiamat telah menggunakan syarat ini. Seorang ahli tentang masalah ini,
Bediuzzaman Said Nursi, berkata bahwa hadits tentang Hari Akhir yang berkaitan
dengan peristiwa-peristiwa yang telah bisa diamati pada masa kita menunjukkan
kebenaran hadits tersebut.
Sebagian
tanda-tanda yang diberitakan dengan hadits ini dapat diamati di beberapa tempat
di dunia dalam jangka waktu 1400 tahun sejarah Islam. Akan tetapi hal ini belum
membuktikan bahwa jangka waktu itu adalah Hari Akhir. Untuk jangka waktu
tertentu yang dapat disebut Hari Akhir, seluruh tanda-tanda Hari Akhir harus
telah dapat dilihat kejadiannya pada jangka waktu yang sama. Hal ini dinyatakan
dalam sebuah hadits:
Tanda-tanda yang
terjadi setelah tanda yang lain seperti butiran manik-manik sebuah kalung yang
jatuh satu per satu ketika talinya putus. (HR Tirmidzi)
Dalam
hadits-hadits ini, permulaan Hari Akhir digambarkan sebagai waktu ketika silang
pendapat berkembang, serta perang dan konflik semakin meningkat, ketika ada
kekacauan dan kehancuran moral mencuat dan manusia menjauh dari akhlak agama.
Pada waktu tersebut, berbagai bencana alam akan terjadi di seluruh dunia,
kemiskinan akan mencapai tingkat yang belum terlihat sebelumnya, ada
peningkatan besar dalam angka kejahatan, pembunuhan dan kekejaman di berbagai
tempat. Tetapi, hal ini hanyalah tahap pertama. Selama tahap kedua, Allah akan
menyelamatkan manusia dari kekacauan ini dan menggantikannya dengan keadaan
yang penuh berkah dan ridha-Nya dengan berlimpahnya materi, perdamaian, dan
keamanan.
5.
Peperangan dan kekacauan
Rasulullah SAW
bersabda, “Al Harj (akan meningkat)”’ Mereka bertanya, “Apakah Al Harj itu?”
Beliau menjawab, “(Yaitu) pembunuhan (saling membunuh), (yaitu) saling membunuh
(pembunuhan).” (HR Bukhari)
Hari Kiamat (As Sa’ah)
akan tiba ketika kekerasan, pertumpahan darah, dan kekacauan akan menjadi suatu
yang lazim (HR Al-Muttaqi al-Hindi, Muntakhab Kanzul Ummaal)
Dunia ini tidak akan
menemui akhirnya, hingga suatu hari akan datang pada manusia, pada hari itu
akan ada pembunuhan massal dan pertumpahan darah. (Muslim)
Apabila kita
melihat empat belas abad lalu, kita melihat berbagai peperangan di wilayah
tertentu sebelum abad kedua puluh. Akan tetapi, peperangan yang mempengaruhi
setiap orang di dunia, sistem politik, seluruh perekonomian, dan struktur
sosial, hanya terjadi pada masa kini saja, dalam dua perang dunia. Di Perang
Dunia I, lebih dari 20 juta jiwa meninggal. Pada Perang Dunia II, jumlah yang
mati lebih dari 50 juta jiwa. Di samping itu, Perang Dunia II diakui sebagai
perang yang paling berdarah, paling besar, dan paling menghancurkan dalam
sejarah.
Berbagai
pertentangan yang terjadi setelah Perang Dunia II (Perang Dingin, Perang Korea,
Perang Vietnam, konflik Arab-Israel dan Perang Teluk) adalah contoh di antara
berbagai peristiwa yang paling gawat di zaman modern ini. Selain itu, berbagai
perang, pertentangan, dan perang saudara di tingkat wilayah telah menyebabkan
kehancuran di berbagai belahan dunia. Di berbagai tempat seperti Bosnia,
Palestina, Chechnya, Afghanistan, Kashmir, dan banyak lagi lainnya, berbagai
masalah terus merongrong kemanusiaan.
Contoh lain
bentuk ‘kekacauan’ yang menghantui umat manusia yang setara dengan peperangan
adalah teror terorganisir tingkat internasional. Seperti yang juga disepakati
oleh pihak berwenang dalam masalah ini, berbagai tindakan teror telah berlipat
ganda jumlahnya di paruh kedua abad kedua puluh.2 Bahkan dapat dikatakan bahwa
teror adalah sebuah ciri khas abad kedua puluh. Berbagai organisasi yang
bercirikan rasisme, komunisme, dan berbagai paham serupa, atau dengan tujuan
kebangsaan, telah melakukan berbagai tindakan kejam dengan bantuan teknologi
yang semakin maju. Di dalam sejarah dunia yang lebih terkini, berbagai tindakan
teror berulang-ulang telah menyebabkan kekacauan. Banyak darah telah tertumpah
dan orang-orang tak bersalah yang tak terhitung jumlahnya telah telah dibantai
atau terbunuh.
6.
Kehancuran kota-kota
besar: peperangan dan bencana
Berbagai kota besar
akan dihancurkan dan hal ini akan terjadi seolah-olah kota-kota itu tidak
pernah ada sebelumnya. (Al-Muttaqi al-Hindi, Al-Burhan fi Alamat
al-Mahdi Akhir al-Zaman).
Kehancuran
kota-kota yang dimaksudkan dalam hadits ini mengingatkan pada kehancuran yang
sekarang muncul karena perang dan berbagai bencana alam. Belum lama ini,
senjata nuklir, pesawat tempur, bom, rudal, dan senjata modern yang canggih
lainnya telah menyebabkan kehancuran yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.
Berbagai senjata mengerikan ini telah menyebabkan tingkat kehancuran yang belum
pernah terlihat sebelumnya. Jelas, kota-kota besar yang menjadi sasaran adalah
yang paling menderita karena kehancuran ini. Kehancuran karena Perang Dunia II
yang belum ada bandingannya adalah salah satu contohnya. Dengan penggunaan bom
atom di perang terbesar di dunia itu, Hiroshima dan Nagasaki hancur total.
Akibat pemboman hebat, berbagai ibu kota Eropa dan kota-kota penting lainnya
menderita berbagai kerusakan.
Pada beberapa
tahun terakhir, angin topan, badai, angin puyuh, dan berbagai bencana lainnya
menimbulkan akibat merusak atas benua Amerika dan juga beberapa tempat lain di
dunia. Selain itu, banjir telah menyebabkan timbunan lumpur yang menutupi
berbagai pusat pemukiman penduduk. Kemudian, gempa bumi, letusan gunung, dan
gelombang pasang air laut juga telah menyebabkan kehancuran yang besar. Oleh
karena itu, seluruh kehancuran yang terjadi pada kota-kota besar karean
bencana-bencana ini adalah suatu tanda penting dalam setiap peristiwanya.
7.
Gempa Bumi
As Sa’ah (Hari Akhir)
tidak akan terjadi hingga … gempa bumi akan sangat sering terjadi (HR
Bukhari)
Ada dua hadits besar
sebelum hari hisab … dan kemudian tahun-tahun penuh gempa bumi (Diriwayatkan
oleh Ummu Salamah RA.)
Dalam beberapa
tahun terakhir, gempa bumi besar telah terjadi berulang-ulang, dan termasuk
bencana yang menakutkan bagi masyarakat di seluruh dunia. Apabila kita melihat
data yang dikumpulkan oleh American National Earthquake Information Center
(Pusat Informasi Gempa Bumi Nasional Amerka, ANEI) selama tahun 1999, kita
menemukan 20.832 gempa bumi telah terjadi di berbagai tempat di dunia.
Akibatnya, 22.711 orang diperkirakan kehilangan jiwanya.
8.
Kemiskinan
Orang-orang miskin
akan meningkat jumlahnya. (Amal Al-Din Al-Qazwini, Mufid Al-’ulum
Wa-mubid Al-humum)
Kekayaan beredar
hanya di antara orang-orang kaya, tanpa manfaat bagi orang-orang miskin. (HR
Tirmidzi)
Yang jelas masa
yang dimaksudkan oleh Rasulullah SAW menjelaskan keadaan pada saat ini. Apabila
kita menengok abad-abad sebelumnya, kita melihat bahwa berbagai kesulitan dan
kecemasan yang disebabkan oleh kekeringan, peperangan, dan berbagai bencana
lain bersifat sementara dan terbatas di sebuah wilayah tertentu. Akan tetapi,
saat ini, kemiskinan dan kesulitan mencari penghidupan bersifat permanen den
mewabah.
Di dunia saat
ini, kemiskinan telah mencapai angka yang sangat memprihatikankan. Laporan
terakhir UNICEF mengungkapkan bahwa satu dari empat penduduk dunia hidup dalam
‘penderitaan dan kekurangan yang tidak terbayangkan sebelumnya’. Sekitar 1,3
miliar manusia di dunia bertahan hidup dengan uang kurang dari $1 (sekitar
Rp8.800) sehari. Tiga miliar manusia di dunia saat ini bertahan hidup dengan $2
(sekitar Rp17.600) sehari. Sekitar 1,3 miliar kekurangan air bersih. Sekitar
2,6 miliar tidak mampu mendapatkan sarana kesehatan yang memadai.
9.
Runtuhnya nilai-nilai
akhlak
Hari Kiamat (As
Sa’ah) akan datang ketika perzinaan tersebar luas (Al-Haythami,
Kitab al-Fitan)
Hari Akhir tidak akan
datang hingga mereka (orang-orang jahat) melakukan perzinaan di jalan-jalan
(jalan-jalan umum). (Ibn Hibban and Bazzar)
Pria akan meniru
perilaku wanita; dan wanita akan meniru perilaku pria. (Allama
Jalaluddin Suyuti, Durre-Mansoor)
Orang-orang akan
menyenangi perbuatan homoseksual dan lesbianisme. (Al-Muttaqi
al-Hindi, Muntakhab Kanzul Ummaal)
Hubungan seksual tidak
sah secara terbuka akan marak. (HR Bukhari)
Hari Akhir itu tidak
akan datang hingga angka pembunuhan meningkat. (HR Bukhari)
Di masa kini, ada
bahaya besar yang mengancam pola hidup masyarakat dunia. Dengan cara yang sama
seperti virus membunuh tubuh manusia, bahaya ini mengakibatkan keruntuhan
sosial yang sangat parah. Bahaya ini adalah keruntuhan nilai-nilai akhlak yang
membantu mempertahankan masyarakat yang sehat. Homoseksualitas, pelacuran,
hubungan seks pra-nikah dan di luar nikah, penyimpangan seksual, pornografi,
pelecehan seksual, dan peningkatan angka penderita penyakit kelamin, adalah
sejumlah petunjuk penting dari keruntuhan nilai-nilai akhlak.
10. Hadits tentang penolakan agama yang benar dan
nilai-nilai moral dalam Al Qur’an
Menjelang datangnya
Hari Akhir akan ada hari-hari ketika pengetahuan (agama) akan dicabut (lenyap)
dan kejahiliyahan secara umum akan meluas…. (HR Bukhari)
Akan ada suatu ujian
kegelapan yang menakutkan yang akan menimpa setiap orang di suatu masyarakat,
dan kemudian ketika orang menganggap ujian itu telah berakhir, ujian itu akan
terjadi terus-menerus. Selama itu seorang manusia bisa jadi adalah seorang
mukmin di pagi hari dan menjadi seorang kafir di sore hari. (HR Abu
Daud)
Akan datang suatu
waktu pada umat ketika orang akan membaca Al Qur’an, tetapi tidak akan lebih
jauh dari tenggorokan (tidak masuk ke dalam hati mereka) (HR
Bukhari)
Sebelum Hari Akhir
akan ada kekisruhan seperti potongan malam yang gelap, ketika seorang manusia
akan menjadi seorang beriman di pagi hari dan seorang kafir di sore hari, atau
seorang beriman di sore hari dan kafir di pagi hari (HR Abu Daud)
Suatu waktu akan
datang, ketika seorang manusia tidak akan peduli bagaimana mereka mendapatkan
sesuatu, halal atau haram. (HR Bukhari)
Akan muncul pada hari
akhir seseorang yang akan memperoleh keuntungan dunia dengan menjual agama.
(HR Tirmidzi)
Hari Akhir tidak akan
datang hingga tersisa orang-orang yang tidak mengetahui kebajikan dan tidak
pernah mencegah kejahatan (HR Ahmad)
Hari Akhir tidak akan
datang sebelum Allah mengambil agama-Nya dari manusia di bumi, tidak
meninggalkan seorang pun di atas bumi ini selain orang-orang kafir yang tidak
mengenal perbuatan yang benar atau menolak perbuatan yang salah. (Diriwayatkan
oleh Abdullah ibn ‘Amr bin ‘Ash)
11. Munculnya nabi-nabi palsu
Hari akhir tidak akan
datang sebelum datangnya tiga puluh Dajjal, masing-masing mengaku dirinya
sebagai seorang utusan Allah. (HR Abu Daud)
Para ahli telah
mencatat meningkatnya jumlah orang yang mengaku dirinya juru selamat, yang mulai
muncul pada tahun 1970-an, dan sejak itu peningkatan jumlahnya cukup berarti.
Menurut para ahli ini, ada dua alasan dasar peningkatan ini. Yang pertama
adalah jatuhnya komunisme, dan sebab lainnya adalah kesempatan yang
dimungkinkan oleh teknologi internet.
12. Al Qur’an menjelaskan turunnya Isa AS ke bumi
Allah tidak
menghendaki orang-orang kafir membunuh ‘Isa AS, melainkan mengangkatnya ke
sisi-Nya, dan mengumumkan kabar gembira kepada umat manusia bahwa nabi Isa akan
turun ke bumi di Hari Akhir. Al Qur’an memberikan informasi mengenai turunnya
‘Isa AS dalam sejumlah ayat:
13. Salah satu ayat menyatakan bahwa orang-orang kafir yang
merencanakan pembunuhan Isa AS tidak berhasil;
… dan karena ucapan
mereka, “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, ‘Isa putra Maryam, Rasul
Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi
(yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan ‘Isa bagi mereka.
Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) ‘Isa,
benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak
mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti
persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu
adalah ‘Isa. (QS An Nisaa’: 157)
14. Ayat lain mengatakan bahwa ‘Isa AS tidak meninggal,
melainkan diangkat dari lingkungan manusia ke kehadirat Allah.
… tetapi (yang
sebenarnya), Allah telah mengangkat ‘Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana (QS An Nisaa’: 158)
Pada ayat ke-55
Surat Ali ‘Imran, kita telah mengetahui bahwa Allah akan menempatkan
orang-orang yang mengikuti ‘Isa AS di atas orang-orang yang kafir hingga Hari
Kebangkitan. Ini sebuah fakta sejarah bahwa 2000 tahun lalu, murid-murid ‘Isa
tidak mempunyai kekuasaan politik. Orang-orang Kristen yang hidup antara zaman
tersebut dan masa sekarang telah meyakini sejumlah ajaran palsu, terutama
doktrin Trinitas (mengakui tiga Tuhan dalam satu Tuhan). Oleh karena itu,
terbukti bahwa mereka tidak bisa disebut sebagai pengikut Nabi ‘Isa as, karena,
seperti dikatakan di berbagai ayat di dalam Al Qur’an, mereka yang meyakini
Trinitas telah tergelincir ke dalam kesesatan. Dalam hal ini, pada waktu
sebelum Hari Akhir, para pengikut ‘Isa AS akan mengalahkan orang-orang yang
ingkar itu dan memenuhi janji ilahiyah yang termuat di dalam Surat Ali ‘Imran.
Yang pasti, kelompok yang diberkati ini akan diketahui ketika ‘Isa AS ketika
turun kembali ke bumi.
IV.
Penutup
Demikianlah makalah dari kami,
mohon ma’af apabila ada salah, khususnya dalam masalah pengetikan, karena kami
hanya manusia biasa yang tak luput dari salah. Dan untuk itu kami mohon atas
partisipasinya untuk ikut memberi kritik yang membangun atas makalah kami.
Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan banyak terima kasih.
DAFTAR
PUSTAKA
- Fathul Mufid, M. SI, Ilmu Tauhid/Kalam. STAIN Kudus
2009.
- http://adiwarsito.wordpress.com/2009/11/24/tanda-tanda-kiamat-menurut-al-quran/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar