TURUNNYA
AL-QUR’AN DENGAN TUJUH HURUF
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Bahasa Arab 1
Dosen Pengampu : H.
Ahmad Atabik, Lc., MSI
Disusun oleh :
Abdur Rahman :
312036
Adelina Qurrotul ‘Aini : 312030

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
KUDUS
JURUSAN USHULUDDIN
PROGRAM STUDI TAFSIR HADIST
TAHUN AKADEMIK 2012/2013
I.
Pendahuluan
Allah
menurunkan Al-Qur’an sebagai rahmatal lil alamin, pedoman bagi manusia yang
mengeluarkan mereka dari kegelapan sampai menuju cahaya Al-Qur’an. Al-Qur’an
sebagai bacaan yang mendapat pahala juga sebagai tuntunan menjalani kehidupan
di dunia ini.
II.
Pembahasan
نزول القرآن على سبعة أحرف:
لقد كان للعرب لهجات شتى تنبع من طبيعة فطرتهم في
جرسها وأصواتها وحروفها تعرضت لها كتب الأدب بالبيان والمقارنة، فكل قبيلة لها من
اللحن في كثير من الكلمات ما ليس للآخرين، إلا أن قريشًا من بين العرب قد تهيأت
لها عوامل جعلت للغتها الصدارة بين فروع العربية الأخرى من جوار البيت وسقاية
الحاج وعمارة المسجد الحرام والإشراف على التجارة، فأنزلها العرب جميعًا لهذه
الخصائص وغيرها منزلة الأب للغاتهم، فكان طبيعيًّا أن يتنزل القرآن بلغة قريش على
الرسول القرشي تأليفًا للعرب وتحقيقًا لإعجاز القرآن حين يسقط في أيديهم أن يأتوا
بمثله أو بسورة منه.
وإذا كان العرب تتفاوت لهجاتهم في المعنى الواحد
بوجه من وجوه التفاوت فالقرآن الذي أوحى الله به لرسوله محمد -صلى الله عليه وسلم-
يكمل له معنى الإعجاز إذا كان مستجمعًا بحروفه وأوجه قراءته للخالص منها، وذلك مما
ييسر عليهم القراءة والحفظ والفهم.
ونصوص السٌّنَّة قد تواترت بأحاديث نزول القرآن
على سبعة أحرف، ومن ذلك:
عن ابن عباس -رضي الله عنهما- أنه قال: "قال
رسول الله, صلى الله عليه وسلم: "أقرأني جبريل على حرف فراجعته، فلم أزل
أستزيده ويزيدني حتى انتهى إلى سبعة أحرف".
اختلاف العلماء في المراد بها الترجيح بينها
"اختلف
أهل العلم في معنى الأحرف السبعة على خمسة وثلاثين قولًا"1, وأكثر هذه الآراء
متداخل، ونحن نورد هنا ما هو ذو بال منها:
أ- ذهب أكثر العلماء إلى أن المراد بالأحرف السبعة
سبع لغات من لغات العرب في المعنى الواحد، على معنى أنه حيث تختلف لغات العرب في
التعبير عن معنًى من المعاني يأتي القرآن مُنَزَّلًا بألفاظ على قدر هذه اللغات
لهذا المعنى الواحد، وحيث لا يكون هناك اختلاف فإنه يأتي بلفظ واحد أو أكثر.
واختلفوا في تحديد اللغات السبع.
فقيل: هي لغات: قريش، وهذيل، وثقيف، وهوازن،
وكنانة، وتميم، واليمن.
وقال أبو حاتم السجستاني: نزل بلغة قريش، وهذيل،
وتميم، والأزد، وربيعة، وهوازن، وسعد بن بكر.
ورُوِيَ غير ذلك.
ب- وقال قوم: إن المراد بالأحرف السبعة سبع لغات
من لغات العرب نزل عليها القرآن، على معنى أنه في جملته لا يخرج في كلماته عن سبع
لغات هي أفصح لغاتهم، فأكثره بلغة قريش، ومنه ما هو بلغة هذيل، أو ثقيف، أو هوازن،
أو كنانة، أو تميم، أو اليمن، فهو يشتمل في مجموعه على اللغات السبع.
وهذا الرأي يختلف عن سابقه، لأنه يعني أن الأحرف
السبعة إنما هي أحرف سبعة متفرقة في سور القرآن، لا أنها لغات مختلفة في كلمة
واحدة باتفاق المعاني.
حكمة نزول القرآن على سبعة أحرف:
تتلخص حكمة نزول القرآن على سبعة أحرف في أمور:
١- تيسير
القراءة والحفظ على قوم أميين، لكل قبيل منهم لسان ولا عهد لهم بحفظ الشرائع،
فضلًا عن أن يكون ذلك مما ألفوه -وهذه الحكمة نصت عليها الأحاديث في عبارات:
عن أُبَيٍّ قال: "لقي رسول الله صلى الله
عليه وسلم جبريل عند أحجار المراء فقال: إني بُعثت إلى أمة أميين، منهم الغلام
والخادم والشيخ العاس والعجوز، فقال جبريل: فليقرءوا القرآن على سبعة أحرف"،
"إن الله أمرني أن أقرأ القرآن على حرف، فقلت: اللهم رب خفف عن أمتي" ,
"إن الله يأمرك أن تُقرئ أمتك القرآن على حرف"، قال: "أسأل الله
معافاته ومغفرته، وإن أمتي لا تطيق ذلك" .
TERJEMAHAN
TURUNNYA
AL-QUR’AN DENGAN TUJUH HURUF
Orang Arab mempunyai keberagaman
lahjah (dialek) dalam langgam, suara dan huruf-huruf sebagaimana diterangkan
secara komprehensif dalam kitab-kitab sastra. Setiap kabilah mempunyai irama
tersendiri dalam mengucapkan kata-kata yang tidak dimiliki oleh kabilah-kabilah
yang lain. Namun kaum Quraisy mempunyai faktor-faktor yang membuat bahasa
mereka lebih unggul dari bahasa arab lainnya, antara lain karena tugas mereka
menjaga Baitullah, menjamu para jamaah haji, memakmurkan Masjidil Haram dan
menguasai perdagangan. Oleh sebab itu, seluruh suku bangsa Arab menjadikan
bahasa Quraisy sebagai bahasa ibu bagi bahasa-bahasa mereka karena adanya
karakteristik tersebut. Dengan demikian, wajarlah jika Al-Qur’an diturunkan
dalam bahasa Quraisy, kepada Rasul yang Quraisy pula, untuk mempersatukan
bangsa Arab, dan mewujudkan kemukjizatan Al-Qur’an sekaligus kelemahan ketika
mereka diminta untuk mendatangkan satu surat yang seperti Al-Qur’an.
Apabila orang Arab berbeda dialek dalam
pengungkapan sesuatu makna dengan beberapa perbedaan tertentu, maka Al-Qur’an
yang diwahyukan Allah kepada Rasul-Nya, menyempurnakan makna kemukjizatannya
karena ia mencakup semua huruf dan ragam qira’ah di antara lahjah-lahjah itu.
Ini merupakan salah satu sebab yang memudahkan mereka untuk membaca, menghafal
dan memahaminya.
Teks-teks hadist secara mutawatir
mengemukakan mengenai turunnya Al-Qur’an dengan tujuh huruf (sab’atu ahruf). Di
antaranya :
Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma
berkata; Rasulullah bersabda,
"أَقْرَأَنِيْ جِبْرِيْلُ
عَلىَ حَرْفٍ فَرَاجَعْتُهُ فًلًمْ أَزَلْ أَسْتَزِيْدُهُ وَيَزِيْدُنِيْ حَتَّى اِنْتَهَى
إِلىَ سَبْعَةِ أَحْرُفٍ".
“Jibril
membacakan (Al-Qur’an) kepadaku dengan satu huruf. Kemudian berulang kali aku
meminta agar huruf itu ditambah, Ia pun menambahnya kepadaku sampai dengan
tujuh huruf.”
Ubay bin Ka’ab berkata, “Ketika Nabi
berada di dekat parit Bani Ghifar, ia didatangi Jibril seraya berkata, “Allah
memerintahkanmu agar membacakan Al-Qur’an kepada umatmu dengan satu huruf.”
Beliau berkata, “Aku memohon kepada Allah ampunannya-Nya, karena umatku tidak
dapat melaksanakan perintah itu.” Kemudian Jibril datang lagi untuk yang kedua
kalinya dan berkata, “Allah memerintahkanmu agar membacakan Al-Qur’an kepada
umatmu dengan dua huruf.” Nabi menjawab, “Aku memohon ampunan-Nya, umatku tidak
kuat melaksana-kannya.” Jibril lalu datang lagi untuk yang ketiga kalinya dan
berkata, “Allah memerintahkanmu agar membacakan Al-Qur’an kepada umatmu dengan
tiga huruf.” Nabi tetap menjawab, “Aku memohon ampunan kepada Allah, sebab
umatku tidak dapat melaksanakannya.” Kemudian Jibril datang lagi untuk yang
keempat kalinya seraya berkata, “Allah memerintahkan kepadamu agar membacakan
Al-Qur’an kepada umatmu dengan tujuh huruf, dengan huruf mana saja mereka
membaca, mereka tetap benar.”
Dari Umar bin Al-Khattab, ia berkata,
“Aku mendengar Hisyam bin Hakim membaca surat Al-Furqan di masa hidup
Rasulullah. Aku perhatikan bacaannya. Tiba-tiba ia membacanya dengan banyak
huruf yang belum pernah dibacakan Rasulullah kepadaku, sehingga hampir saja aku
melabraknya di saat ia shalat, tetapi aku urungkan. Maka, aku menunggunya
sampai salam. Begitu selesai, aku tarik pakaiannya dan aku katakan kepadanya,
“Siapakah yang mengajarkan bacaan surat itu kepadamu?” Ia menjawab, “Rasulullah
yang membacakannya kepadaku.” Lalu aku katakan kepadanya, “Kamu dusta! Demi
Allah, Rasulullah telah membacakan juga kepadaku surat yang sama, tetapi tidak
seperti bacaanmu. Kemudian aku bawa dia menghadap Rasulullah, dan aku ceritakan
kepadanya bahwa aku telah mendengar orang ini membaca surat Al-Furqan dengan
huruf-huruf (bacaan) yang tidak pernah engkau bacakan kepadaku, padahal engkau
sendiri telah membacakan surat Al-Furqan kepadaku. Maka Rasulullah berkata,
“Lepaskan dia, hai Umar. Bacalah surat tadi, wahai Hisyam!” Hisyam pun kemudian
membacanya dengan bacaan seperti yang kudengar tadi. Maka kata Rasulullah,
“Begitulah surat itu diturunkan.” Ia berkata lagi: “Bacalah, wahai Umar!” Lalu
aku membacanya dengan bacaan sebagaimana diajarkan Rasulullah kepadaku. Maka
kata Rasulullah, “Begitulah surat itu diturunkan. Sesungguhnya Al-Qur’an itu
diturunkan dengan tujuh huruf, maka bacalah dengan huruf yang mudah bagimu
diantaranya.”
Hadist-hadist yang berkenaan dengan
hal itu amat banyak jumlahnya dan sebagian besar telah diselidiki oleh Ibnu
Jarir di dalam pengantar tafsirnya. As-Suyuthi menyebutkan bahwa hadist-hadist
tersebut diriwayatkan dari dua puluh satu orang sahabat. Abu Ubaid Al-Qasim bin
Sallam menetapkan kemutawatiran hadist mengenai turunnya Al-Qur’an dengan tujuh
huruf.”
PERBEDAAN
PENDAPAT DALAM MAKNA TUJUH HURUF (SAB’ATU AHRUF)
Para ulama berbeda pendapat dalam
menafsirkan maksud tujuh huruf ini dengan perbedaan yang bermacam-macam.
Sehingga Ibnu Hayyan mengatakan, “Ahli ilmu berbeda pendapat tentang arti kata
tujuh huruf menjadi tiga puluh lima pendapat.” Namun kebanyakan
pendapat-pendapat itu bertumpang tindih. Di sini kami akan mengemukakan
beberapa pendapat di antaranya yang dianggap paling mendekati kebenaran.
1.
sebagian
besar ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh
macam bahasa dari bahasa-bahasa Arab mengenai satu makna. Dengan pengertian
jika bahasa mereka berbeda-beda dalam mengungkapkan satu makna, maka Al-Qur’an
pun diturunkan dengan sejumlah lafazh sesuai dengan ragam bahasa tersebut
tentang makna yang satu itu. Dan jika tidak terdapat perbedaan, maka Al-Qur’an
hanya mendatangkan satu lafazh atau lebih saja. Kemudian mereka berbeda
pendapat juga dalam menentukan ketujuh bahasa itu. Dikatakan bahwa ketujuh
bahasa itu adalah bahasa Quraisy, Hudzail, Saqif, Hawazin, Kinanah, Tamim dan
Yaman.
Menurut Abu Hatim As-Sijistani,
Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Quraisy, Hudzail, Tamim, Azad, Rabiah,
Hawazin, dan Sa’ad bin Abi Bakar. Dan diriwayatkan pula pendapat yang lain.
2.
Yang
dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa Arab
yang ada, yang mana dengannyalah Al-Qur’an diturunkan, dengan pengertian bahwa
kata-kata dalam Al-Qur’an secara keseluruhan tidak keluar dari ketujuh macam
bahasa tadi, yaitu bahasa yang paling fasih di kalangan bangsa Arab, meskipun
sebagian besarnya dalam bahasa Quraisy. Sedang sebagian yang lain dalam bahasa
Hudzail, Tsaqif, Hawazin, Kinanah, Tamim atau Yaman; karena itu maka secara
keseluruhan Al-Qur’an mencakup ketujuh bahasa tersebut.
Pendapat ini berbeda dengan pendapat
sebelumnya; karena yang dimaksud dengan tujuh huruf dalam pendapat ini adalah
tujuh huruf yang bertebaran di berbagai surat Al-Qur’an, bukan tujuh bahasa
yang berbeda dalam kata tetapi sama dalam makna.
HIKMAH TURUNNYA
AL-QUR’AN DENGAN TUJUH HURUF
Hikmah diturunkannya Al-Qur’an dengan
tujuh huruf (ahruf sab’ah) dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Untuk
memudahkan bacaan dan hafalan bagi bangsa yang ummi, yang setiap kabilahnya
mempunyai dialek masing-masing, dan belum terbiasa menghafal syariat, apalagi
mentradisikannya. Hikmah ini ditegaskan oleh beberapa hadist antara lain dalam
ungkapan berikut:
Ubay berkata, Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam bertemu dengan Jibril di Ahjar Mira’, lalu berkata, “Aku ini
diutus kepada umat yang ummi. Di antara mereka ada anak-anak, pembantu,
kakek-kakek dan nenek-nenek.” Maka kata Jibril, “Hendaklah mereka membaca
Al-Qur’an dengan tujuh huruf.”
Dalam riwayat lain, “Allah
memerintahkan aku untuk membacakan Al-Qur’an bagi umatmu dengan satu huruf.”
Lalu aku memohon keringanan, “Wahai Tuhanku, berilah keringanan bagi umatku.”
Kata Jibril, “Allah memerintahkan engkau untuk membacakan Al-Qur’an kepada
umatmu dengan satu huruf.” Nabi menjawab, “Aku memohon kepada Allah maaf dan
ampunan-Nya. Umatku tidak akan sanggup melakukan perintah itu.”
III.
Al-dhomir wa Anwauha
Isim
Mudhmar di bagi menjadi dua macam :
- Dhamir
Bariz (yang ditampakkan), seperti lafazh
هما هم هي هن انت انتما انتم انت انتن انا نحن هو
- Dhamir
Mustatir (Tersimpan) yaitu sebagaimana lafazh
ضربتَ ضربتمَا
ضربتمْ ضربتِ ضربتُنَّ ضربَ ضربتْ ضربَا ضربتَا ضربوْا ضربنَ
IV.
Penutup
Demikianlah makalah
dari kami, mohon ma’af apabila ada salah, khususnya dalam masalah pengetikan,
karena kami hanya manusia biasa yang tak luput dari salah. Dan untuk itu kami
mohon atas partisipasinya untuk ikut memberi kritik yang membangun atas makalah
kami. Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan banyak terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
-
Mabahis Fi Ulumul Qur’an, Manna’ Al-Qaththan
-
Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an
-
Revisi Ilmu Nahwu Terjemahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar